Mencari Jatidiri Beladiri Islami?
Bekasi, dobeldobel.com
Saya punya begitu banyak sahabat yang menguasai ilmu beladiri Thifan Po Khan ini. Sebutlah sahabat saya dari SMA (walau dia dari SMA yang berbeda, saya SMA 44 Jaktim, dia SMA 12 Jaktim), Purwanto, atau kerap dipanggil Ipung. Dia selain aktif di beladiri Thifan Po Khan ini, dia adalah salah satu kader utama Kepanduan PKS di DPP. Dan kini dia juga aktif di salah usaha outbond swasta.
Ada juga seorang sahabat dekat saya semenjak saya masih SMA, Derry namanya. Dan sebenarnya dia adalah adik kelas saya. Namun karena pergaulannya, dia dekat dengan siapa saja termasuk saya sebagai kakak kelasnya. Satu hal yang bikin saya nggak pernah lupakan Derry adalah bahwa dia salah satu preman yang bertaubat dan sering ngaji bareng saya pada masa mulai dari SMA dulu. Saat itu mulai dari istilah Ushroh, Dauroh sayangnya saat terakhir istilahnya jadi Liqo saya belum sempat bertemu dengannya keburu ia almarhum. Di SMA dulu ia adalah salah satu karateka di SMA 44, dan setelah ikut pengajian rutin dan menjadi salah satu bodyguard Nur Mahmudi Ismail, Presiden PK saat itu, ia juga saya duga belajar banyak tentang Thifan Po Khan. So saya pun berfikir, bahwa thifan Po Khan akan sangat mudah dipelajari oleh siapa saja asal dia punya dasar fisik dan kebiasaan bergerak olahragam setidaknya olahragasejenism yakni beladiri.
Kembali tantang sahabat saya ipung alias Purwanto, dari dialah saya belajar banyak tentang olahraga yang menuntut disiplin tinggi ini, tapi sayang saya belum pernah sama sekali belajar dan diajarkan praktek sedikitpun tentang olahraga beladiri ini darinya. Namun dari kisah dan ceritanya saat kami pernah bertemu, betapa dahsyat dan beratnya sistem pelatihan fisik olah raga beladiri Thifan Po Khan ini. Dan saya pun agak kuatir bila saya bisa dan mau belajar, karena saya bukan tipe penggemar olahraga keras secara praktik, tapi secara teori saya sangat menyukai teknik beladiri apa saja, sepanjang itu mudah dan cepat untuk dipelajari.
Ada hal yang menarik dari kisah beladiri Thifan Po Khan ini dari sahabat saya Ipung. Bahwa ia juga sempat menanyakan kepada saya dimana bisa membeli alat-alat perlengkapan beladiri, seperti pisau belati tentara, crossbow dan senjata tempur lainnya. Wah kalau saya tahu dimana bisa membeli peralatan senjata itu, baik secara resmi maupun gelap, apa perlu?
Bukannya saat beladiri nanti, mungkin jauh lebih efektif, bahkan mungkin sama mematikannya dengan senjata tempur yang dimaksud itu. Namun seingat saya, dia sempat mengatakan, bahwa yang namanya senjata itu harus dikuasai oleh seorang muslim dan itu hukumnya wajib. Saya setuju itu. Pada dasarnya beladiri dan pengetahuan tentang persenjataan adalah wajib bagi setiap muslim yang kuat.
Terlepas dari itu semua, berikut saya kutip artikel tentang Thifan Po Khan, dan ini saya tujukan buat sahabat saya Ipung (Purwanto), Derry (almarhum) eks bodyguard (kepanduan PKS) Nur Mahmudi Ismail, Agus Sudjatmiko dan ikhwan PKS lainnya serta ikhwan yang berasal dari Perumnas Klender.
Wassalam,
Sidik Rizal
PROFIL SINGKAT THIFAN PO KHAN
A. Pendahuluan
Bela diri Thifan merupakan jenis olah raga atau bela diri yang lekat dengan perkembangan Islam dan khususnya di daerah timur negeri-negeri Islam. Tercatat dalam sejarah nama-nama pejuang Islam yang erat kaitannya dengan sejarah perkembangan Thifan Po Khan seperti Sholahudin Al Ayubi, Muhammad Al Fatih, Zhaharudin Muhammad Berber, Thugril Beg, Ustman Ertagul, dan lain-lain.
Thifan juga merupakan salah satu bela diri yang bersih dari praktek tahayul, bid’ah, dan Khurafat. Bentuk dan cara berjurus olah raga bela diri Thifan Po Khan bersumber dari Kitab Shurul Khan Nie Po Khan yang berbahasa urwun karangan Syiharani yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Hang Nandra Abu Bakar pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1312 H.
B. Arti Kata Thifan Po Khan
Thifan adalah suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, Po artinya Kepalan, Khan artinya bangsawan. Jadi, Thifan Po Khan berarti Kepalan Bangsawan Thifan.
C. Persentuhan Turkistan dengan Islam
Thifan (dalam peta dunia disebut Turfan) adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan (yang merupakan Negeri Islam) yang sempat Cina. Bela diri Thifan mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama Zhodam.
Sebelumnya Turkistan dan Cina adalah bagian dari Imperium Persia. Di masa Khulafaur Rasyidin yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khathab ra mengirim pasukan ke Qadisiyah yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash ra kira-kira dua abad setelah Hijriah. Pada tahun 14 H/635 M terjadilah peperangan yang berakhir dengan kekalahan pasukan Persia. Maka setelah itu orang-orang Benua Cina dan Turkistan banyak yang memeluk Islam, dan dakwah Islam pun berkembang pesat.
Dari muslim Turkistan inilah muncul pahlawan-pahlawan besar penerus perjuang Islam.
Di Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah mereka menempati jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan. Bahkan Amirul Jihad di masa Khalifah Ja’far Al Mutawakkil (232-247H/846-861 M) dipegang oleh Asyrias yang merupakan muslim Turkistan.
Hingga lahir pula Kekhilafahan Turki Utsmani dari tangan muslim Turkistan.
D. Awal Perkembangan Thifan Po Khan
Di turkistan pada saat itu terdapat lanah-lanah yang merupakan tempat pengkajian hukum syara’ dan bela diri. Dan syarat seseorang sudah boleh mempelajari ilmu bela diri adalah ketika dia sudah hafal Al-Qur’an.
Di Pegunungan Sa Yu terdapat sepasang suami istri yang bernama Pelang Waya dan Ika. Dari keduanya terlahirlah Namsuit yang setelah remaja dimasukkan ke lanah. Di lanah-lanah seperti inilah asal mula bela diri Thifan muncul.
Diceritakan oleh Hamet Oklay Tughluk: Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je’nan dari suku Tayli yang pandai Ilmu Syara’ (Syariat Islam) dan terkenal sebagai Ahund (Ustadz) muda yang sholeh. Je’nan menghimpun berbagai ilmu bela diri yang ada saat itu yaitu: Kagrul yang berisi gumulan, sepak tinju, dan permainan senjata; Kumfu Cina Purba; Kampahana Tinju Hindustan; dan Shourim Kumfu/Saolin Kungfu yang merupakan gabungan Kumfu Cina Purba dan Kampahana Tinju Hindustan. Je’nan berguru pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu (Turkistan). Bersama para pendekar muslim lain yang memiliki keahlian Ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan (siasat para sultan/bangsawan).
Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran. Aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, lalu dipilah, dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan Po Khan. Pada masa itu pengaruh ajaran Islam sudah masuk ke dalam bela diri ini.
E. Perkembangan Thifan Po Khan di Indonesia
Pada saat itu Aceh sedang menghadapi serangan dari Portugis. Sultan Aceh mengirim utusan ke Khalifah di Turki untuk meminta bantuan. Khalifah Salim II mengirimkan bantuan militer yang dipimpin oleh Laksamana Kortuglu Hizir Reis (1567 M) untuk menghadapi Portugis dan melakukan futuhat ke pedalaman Sumatera (Batak). Bantuan berupa personil militer, persenjataan termasuk meriam, dan pelatihan bela diri bagi para prajurit Aceh. Bela diri tentara Khilafah Turki Utsmani adalah Thifan Po Khan. Para komandan pasukan di masa itu terkenal sebagai ahli ilmu Thifan.
Pada tahun 1678 M pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kesultanan Lamuri, waktu itu sultan mendatangkan secara khusus pelatih-pelatih Thifan dari Ibukota Khilafah saat itu yaitu Turki Utsmani yang kemudian disebarkan di kalangan para bangsawan Sumatera.
Pada abad ke – 18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Padang, Tapanuli Selatan, dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol, Sumatera bagian timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun (Merbau). Dari Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia, Thailand (Pattani), dan Singapura. Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke kota Muko-muko dan akhirnya masuk ke pulau Jawa.
Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau Jawa dan menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.
Pada tahun 1966 Ustadz Marzdedeq mulai mengajarkan ilmu Thifan di daerah Bandung.
Pada tahun 1980 an Ustadz Pupu menyebarkan ilmu Thifan ke berbagai wilayah di pulau Jawa khususnya di kalangan pesantren dan pemuda-pemuda Masjid.
F. Status Ilmu Thifan Po Khan
Status ilmu Thifan Po Khan adalah wakaf. Pada waktu seorang guru mau mengajarkan ilmu Thifan Po Khan selalu mengatakan:
“Kami wakafkan Thifan dan tidaklah kami hadiahkan karena takut menjadi milik pribadi lalu jatuh ke tangan munafikin yang merupakan musuh dalam selimut, semoga Allah menjadi saksi wakaf ini”.
G. Tingkatan Latihan Thifan Po Khan
Pelatihan Thifan Po Khan terdiri dari 12 tingkat, masing-masing tingkat mempunyai warna sabuk yang berbeda serta mempunyai makna-makna berbeda-beda pula.
1. Fuen (putih) artinya bersiap ditulisi.
2. Loin houkum (hijau muda) artinya mulai hijau.
3. Kotlu (ungu) artinya hijau itu mulai masak.
4. Turreiyt (biru) artinya kedewasaan.
5. Konlut (coklat tua) artinya sendapan pendekar.
6. Fuenloin (putih dan hijau) artinya rangkap berfikir.
7. Tawgi kotlu (ungu dan kuning) artinya menjelang pendekar.
8. Fun tureiyt (merah dan biru) artinya santaran darah.
9. Loin houkun (hijau dan coklat tua) artinya tahan diri.
10. Konlut fuen fun (coklat tua berjalur putih) artinya tahu akan harga diri.
11. Fun fuen fun (merah berjalur putih) artinya pertahankanlah haq.
12. Tughi onlu tughi (ungu berjalur kuning) artinya pembela haq (dieunl Islam).
H. Syarat Mempelajari Thifan Po Khan
1. Muslim
2. Mengerti kedudukan sebagai tamid (anggota).
3. Berniat sendiri karena Allah.
4. Berbadan sehat dan tidak cacat.
5. Siap menjalankan janji Thifan.
I. Janji Thifan Po Khan
1. Bahwasanya aku tidak akan menyekutukan Allah, aku tidak akan percaya takhayul, khurafat dan aku tidak akan berbuat bid’ah dalam hukum Syara.
2. Bahwasanya aku akan mentaati hukum Allah dan RasulNya, sedaya upayaku kujalankan perintah Allah dan RasulNya, sedaya upayaku kujauhi larangan Allah dan RasulNya.
3. Bahwasanya hanya ku pergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terumpang baralah aku apabila ilmu ini ku pergunakan pada jalan bathil atau aku mengkhianati amanat sehingga ilmu ini jatuh di luar haq.
4. Bahwasanya aku berusaha amar ma’ruf nahyi mungkar.
5. Bahwasanya aku akan mentaati segala peraturan lanah (perguruan) sepanjang peraturan itu tiada menyimpang dari hukum Allah dan RasulNya.
6. Bahwasanya aku tidak akan takabur, pongah dan congkak.
7. Tidaklah aku akan terpancing, terhasut lawan, lalu tidaklah aku akan mengikuti jalan kekafiran.
8. Aku akan teliti bertindak dan tekun mencari ilmu.
9. Aku berdaya upaya, bersahabat dengan siapa pun di dalam batas-batas hukum syara’.
10. Aku tidak akan menganut dan berasas ashobiyah (fanatisme golongan).
11. Aku tidak akan mempergunakan lambang-lambang, upacara-upacara, penghormatan yang menyalahi hukum syara’.
J. Materi Latihan Thifan Po Khan
1. Sentay (Senam)
Sentay adalah bahasa Urwun yang berarti panduan gerak.
Manfaat senam:
a. Mendukung gerakan jurus sehingga tidak terjadi terkilir urat.
b. Mensehatkan badan.
c. Melancarkan jalan darah.
d. Menguatkan otot.
e. Menentramkan fikiran.
Senam meliputi:
2. Uya Zhi Te’r dan Tusyug
Uva Zhite’r artinya muka jurus, mengajarkan cara melatih berbalik dan berputar langkah, sehingga dapat bejurus menghadap 12 (dua belas) mata angin.
Tusyug artinya gerak langkah, melatih cara beralih kuda-kuda, bergerak melangkah maju, mundur, bergeser ke samping dan menghindar dengan cepat dan tepat.
3. Syikla dan Hakai
Syikla artinya kuncup bunga, maksudnya adalah pasangan atau ancang-ancang dalam berjurus, berguna dalam turgul. Syikla ada yang berasal dari awal jurus, tangan kipas dan tangkisan.
Hakai adalah syikla yang khas yang bukan berasal dari awal jurus atau tangkisan. Hakai terdiri dari 15 (lima belas) macam.
4. Tawe (jurus)
Kata tawe jika ditempatkan di belakang kata biasa ditulis te’r yang berarti cara-cara atau aturan perkelahian, biasa dinamakan jurus.
Manfaat jurus-jurus Thifan adalah;
a. Sebagai khasanah ilmu perkelahian.
b. Membiasakan gerakan sehingga timbul hasath, sehingga dapat bergerak menyanggah lawan tanpa berfikir dengan cepat dan tepat.
c. Menimbulkan daya dath yang kuat.
d. Menimbulkan kejantanan.
e. Menghinlangkan berbagai macam penyakit.
f. Melancarkan jalan darah.
g. Berlatih kecekatan.
5. Khimo (Tipuan)
Khimo berarti gerakan tipuan yang merupakan tipuan siasat yang indah. Khimo terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a. Khimo langkah.
b. Sikla khimo.
c. Khimo yang berbentuk jurus.
d. Khimo tangkisan
6. Turgul
Turgul arti asalnya adalah gumul, maksdunya adalah latihan perkelahian.
Manfaat turgul.
a. Melatih hasath
b. Berlatih kecekatan, kelincahan gerak, teliti dan ketetapan mata.
c. Menimbulkan keberanian dan kejantanan.
d. Mempertebal keyakinan diri.
e. Kuat dipukul dan ditendang.
f. Berlatih kesabaran
g. Mengusir berbagai penyakit.
7. Senzho (Siasat)
Dalam bahasa urwun Sen berarti ‘Kekuatan Siasat’ dan Zho berarti ‘Besar’, Senzho biasa digunakan dalam turgul berkelompok.
8. Senjata
9. Pernafasan
10. Pengobatan
F Therapy Bekam (Al Hijamah)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik pengobatan bagi kalian adalah BERBEKAM”. (Shohih Bukhari dan Muslim).
F Therapy Obat Alami
- Habatus Saudah
“Gunakanlah HABBATUS SAUDAH karena sesungguhnya di dalamnya terdapat obat bagi semua penyakit kecuali kematian”. (HR Bukhari dan Muslim).
- Madu
“Dari TuhanMu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan, dan tempuhlah jalan TuhanMu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (MADU) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (TQS An-Nahl (16) : 68-69).
- Minyak Zaitun
Rasulullah SAW bersabda: “Konsumsilah MINYAK ZAITUN dan gunakan sebagai minyak rambut, karena minyak zaitun dibuat dari pohon yang penuh berkah”. (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
F Therapy Do’a (Ruqyah Syar’iyyah)
“Dan kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi OBAT dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (TQS. Al Isra (17): 82).
0 komentar:
Post a Comment